welcome ...

Sabtu, 07 April 2012

konsep manusia dalam islam


KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM

1.      Siapakah Manusia Menurut Islam

Dalam alqur’an ada 3 kata yang digunakan untuk menunjukkan arti manusia, yaitu :
a.       Insan/ins/annas
b.      Basyar
c.       Bani adam/dzurriyat adam
Namun, diantara ketiga kata ini yang sering digunakan dalam alqur’an adalah basyar dan insan.  Kata basyar menunjukkan manusia dari sudut lahiriah (fisik) serta persamaannya dengan manusia seluruhnya, seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya : 34-35.
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seseorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad) maka apabila kamu mati apakah mereka akal kekal ? tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan
Dari sisi lain dapat diamati bahwa banyak ayat-ayat al-qur’an yang menggunakan kata basyar dengan mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Seperti firman Allah sebagai berikut :
dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari sel, kemudian kamu menjadi basyar, kamu bertebaran.” (Qs.Ar-Rum : 20)
Begitulah terlihat, penggunaan kata basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul suatu tanggung jawab (amanat).
Sedangkan kata insan digunakan untuk menunjukkan dengan segala totalitasnya, fisik psikis, jasmani dan rohani. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lainnya adalah akibat dari perbedaan fisik, psikis, dan kecerdasan.
Konsep basyar dan insan merupakan konsep Islam tentang manusia sebagai individu, sedangkan dalam hubungan sosial alqur’an memberikan istilah annas yang merupakan jamak dari kata insan dan perwujudan kualitas keinsanian manusia ini tidak terlepas dari konteks sosialnya dengan lingkungan.
Dapat terlihat bahwa dalam Al-quran menyebutkan bahwa jiwa manusia sebagai suatu sumber khas pengetahuan. Menurut al-quran seluruh alam raya ini merupakan manifestasi Allah, didalamnya terdapat tanda-tanda serta berbagai bukti untuk mencapai kebenaran. Al-quran mendefinisikan dunia eksternal sebagai al-ayat dan dunia internal sebagai jiwa, dan dengan cara ini mengingatkan kita akan pentingnya jiwa manusia itu, ungkapan tanda-tanda dan jiwa-jiwa yang terdapat dalam kepustakaan islam bersumber dari penyataan sebagai berikut :
Aku akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Ku dari yang terbentang di horizon ini dan dari jiwa mereka sendiri, sehingga tahulah mereka akan kebenaran itu” (Qs.Fushilat : 53)
Dalam Al-quran, manusia berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara positif, sebaliknya berulangkali pula manusia direndahkan akrena aktualisasi jiwa yang negatif. Mereka dinobatkan mengungguli alam surgawi, bumi dan bahkan para malaikat. Tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan makhluk hewani. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi “yang paling rendah dari segala yang rendah” juga karena jiwanya.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan menjadi dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia adalah sifat psikologi spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah. Sedangkan potensi rohaniah adalah nafsu, akal, dan rasa. Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat kreatif dan dinamis yang dapat berkembang kepada dua arah, yaitu kebaikan dan kejahatan. Sebagaimana Firman Allah dalam surat As-Syam ayat 8 :
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kesesatan dan ketaqwaan
Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter yang menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah, yang juga didorong oleh nafsu akal akan membawa manusia untuk memahami, meneliti, dan menghayati alam dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan kesejahteraan. Kedudukan akal dalam islam merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Sedangkan rasa merupakan potensi yang mengarah kepada nilai-nilai etika, dan agama. “sesungguhnya orang yang mengatakan : Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka” (Qs. Al-Ahqaf : 13)

2.      Penciptaan Manusia Menurut Islam

Didalam alquran proses penciptaan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Manusia diciptakan Allah berasal dari saripati tanah, (Qs.Al-Hijr :28)
b.      Dari segumpal tanah lalu menjadi nutfah (didalam rahim), segumpal darah, segumpal daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna, (Qs.Al-Mukminun : 12-14)
c.       Ditiupkan ruh (Qs.Al-Hijr : 29)
d.      Sebelum ditiupkan ruh, ketika masih di alam ruh manusia telah berjanji mentauhidkan Allah (Qs. Al-A’raf : 172)
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsure-unsur tersebut adalah :
a.       Jasad, adalah bentuk lahiriah manusia
b.      Ruh/ Nafs, adalah daya hidup atau jiwa
c.       Aqal, adalah daya fikir
d.      Qalbu, adalah daya rasa
Jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.  Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada ditanah ikut mengalami reaksi kimia. Bahan-bahan pembuat manusia yang disebutkan dalam Al-quran hanya merupakan petunjuk bahwa sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, air dan lain sebagainya berasal dari tanah yang kemudian beraksi secara kimiawi.
Dalam ruh/nafs mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang bepusat di dada dipertajam dengan ibadah, karena intisari dari semua ibadah dalam islam adalah mendekatkan diri kepada Allah yang maha suci. Yang Maha Suci yang bisa didekatkan dengan oleh ruh yang suci.ibadah adalah latihan menyucikan ruh atau nafs. Makin banyak seseorang beribadah secara ikhlas, makin suci pula jiwa dan ruhnya. 
Disamping itu, manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti :
Ø  Lemah (an-nisa : 28)
Ø  Suka berkeluh kesah (al-ma’arif : 19)
Ø  Suka berbuat zalim dan ingkar (Ibrahim : 34)
Ø  Suka membantah (al-kahfi : 54)
Ø  Suka melampaui batas (al-alaq : 6)
Ø  Suka terburu nafsu (al-isra : 11)
Ø  Dan lain sebagainya.
Hal itu semua merupakan produk dari nafs, sedangkan yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah akal dan kalbu. Tetapi jika hanya dengan akal dan kalbu, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali. Oleh karena itu yang dapat mengendalikannya adalah wahyu, yaitu ilmu yang okyektif yaitu ilmu yang bersifat dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasikan kecenderungan negatif tersebut ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu Allah. Disamping itu, manusia diberi akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu ayng diturunkan Allah, berupa Al-quran dan sunah rasul. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bertabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang, bahkan lebih buruk dari binatang. Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah” (at-tin : 4)



3.      Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

Selain mengetahui siapa dirinya, kenapa dia diciptakan, manusia juga harus mengetahui apa tujuan hidup mereka di dunia ini. Orang-orang di kotapun banyak yang tidak mengetahui apa tujuan mereka hidup . ada yang mengatakan untuk mencari kebahagian, berkeluarga serta membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Apakah tujuan hidup manusia mencari kebahagiaan menurut Allah ?? kebahagiaan yang seperti apa  ?? kebahagiaan dapat dicapai dengan berbagai cara, bisa dengan cara merampok, menzalimi orang lain, dan lain sebagainya. Apakah itu kebahagiaan yang seperti itu diharapkan Allah ?? tentu jawabannya adalah TIDAK !!
Ada sebagian mengatakan tujuan manusia hidup adalah untuk mencari Allah atau mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir dalam kamar, bertapa,. Ada juga yang mengatakan untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat, puasa, zakat, naik haji. Jikalau rukun islam ini sudah dikerjakan, apakah sudah merasa seorang muslim yang benar ???
Untuk mendapatkan jawaban yang benar mari kita lihat Al-quran yang dibuat oleh Allah. Yang mana Allah juga menciptakan manusia, sudah tentu Allah lah yang maha tahu akan ciptaannya bukan  ?
Selama ini kita sering mendengar dari ulama-ulama yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah (“dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”). Sesungguhnya bukan lah beribadah yang seperti diatas yang dimaksud oleh Allah. Beribadah kepada Allah artinya mengabdi atau bekerja untuk Allah dengan sungguh-sungguh. Allah adalah raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba-hamba-Nya atau pekerja-pekerja Allah, maka manusia seharusnya patuh dan taat mengikuti semua peraturan-peraturan Allah, bagaimana cara hidup di dunia dan cara berkerja di dunia ini. Barangsiapa ingin mendapatkan kemualiaan dari Allah di dunia dan di akhirat, selamat dari siksa-Nya dan mendapatkan surga-Nya tidak lain caranya dengan beribadah hanya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk rasul-Nya.

4.      Tugas atau Tanggung Jawab Manusia Di Dunia Menurut Islam

Tugas atau tanggung jawab manusia dapat diuraikan sebagai berikut :

a.       Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah

Tanggung jawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik turun). selain itu tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kemungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah dan  sunnah rasul. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut :
wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat-malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan-Nya
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi. Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain terutama keluarga.

b.      Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah

Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan ini manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Firman Allah :
dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata malaikat : adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami senantiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji engkau ? jawab Allah : Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui” (Qs.al-baqarah : 30)
Orang-orang yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk Allah yaitu memakmurkan bumi ini, maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masyarakat. Sebagai khalifah, manusia harus dapat mengoptimalkan kemampuan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam.
Optimalisasi kemampuan tercemin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia diberikan kelebihan fisik tersebut guna mssemaksimalkan tugas kekhalifahan di bumi. Dengan otak manusia diharapkan kehidupan bumi secara umum dapat berkembang dengan baik dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan manusia diharapkan memiliki kekmampuan menciptakan, dalam arti memanfaatkan potensi sumber daya dari Allah.dengan lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komuunikasi yang baik. Optimalisasi kemampuan tercemin dari optumalisasi potensi materi yang dimiliki manusia dari Allah.
Optimalisasi alam sebenarnya dimaksudkan untuk mengatur semaksimal mungkin perihal pengolahan alam.sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Sesungguhnya semua fasilitas yang sudah tersedia di dunia secara gratis seperti tumbuhan, binatang, angin, uadara, air dan apapun adalah untuk manusia. Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia di bumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu hal, janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia bisa berlaku normal sebagaimana adanya. Allah mengatakan bahwasanya potenisi-potensi yang ada di alam itu tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku appabila manusia memanfaatkan dengan sewajarnya.
Keoptimalan peran manusia sebagai khalifah di bumi akan tercapai dengan sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugerahkan Allah menjadi suatu karya yang hebat yang berguna bagi bumi.

c.       Tanggung jawab memakmurkan bumi

Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya.” (Qs.11 : 61).
Perintah Allah kepada nabi Adam, nani Musa, dan Muhammad adalah sama yaitu manusia yang diciptakan oleh Allah ini harus bekerja keras, sungguh-sungguh untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga, masyarakat dan umat.
Perintah Allah selanjutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan-bahan baku yang ada di dalam bumi yang telah Allah sediakan berlimpah ruah agar bisa menjaga agama Allah. Perhatikan perintah Allah berikut ini :
dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, aluminium, tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk diolah), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya (islam) dan rasul-rasul padahal Allah tidak dilihatnya” (Qs.57 : 25)
Firman Allah diatas menjelaskan bahwa setiap orang muslim yang patuh kepada Raja (Allah) maka wajib bekerja keras mengolah bahan-bahan baku seperti : besi, perak, emas, tembaga, kayu-kayu, pertanian, dan lain-lain menjadi barang-barang yang berguna untuk kehidupan manusia, mendirikan industry bermacam-macam barang, dan membuat senjata-senjata untuk mempertahankan agama Allah dan Rasulullah dari serangan-serangan musuh. Umat islam lah yang diperintah oleh Allah, bukan umat lain.
Siapa yang tidak ikut memakmurkan bumi Allah artinya mereka mengingkari perintah Allah ini,. Hidup mereka akan susah dan kalalu terjadi peperangan mudah dikalahkan serta dijajah.

d.      Tanggung jawab menuntut ilmu pengetahuan

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang yang menuntut ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs.58 : 11). Artinya umat islam harus belajar bermacam disiplin ilmu. Setiap individu muslim harus bekerja keras dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya agar kehidupan individu muslim kuat dan sehat, yang akhirnya membawa umat islam ke arah kemajuan-kemajuan agar dapat meningkatkan kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, dan keharmonisan.bagaimana mungkin umat islam bisa memakmurkan bumi jika mereka tidak mempunyai ilmu-ilmu lainnya.





5.      Penyimpangan-Penyimpangan Terhadap Konsep Manusia Dalam Islam Serta Pembenarannya

Dewasa ini sangat banyak contoh nyata dari penyimpangan-penyimpangan terhadap syariat islam, namun dalam pembahsan ini penulis hanya membahas secara singkat mengenai dua contoh penyimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut :

a.       Terorisme

Terorisme yang terjadi telah melanggarkan syarat-syarat jihad islami yang dilakukan teroris. Jihad melawan orang kafir terbagi menjadi dua bentuk : jihad difa’/defensif dan jihad tholab/ofensif. Adapun yang dilakukan oleh para teroris tidak diragukan lagi adalah jihad ofensif. Jihad terkait dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah dalam syariat-Nya. Disinilah salah satu perbedaan mendasar antara jihad dan teroris. Teroris justru menerjang aturan-aturan tersebut. maka inilah syarat-syarat jihad ofensif kepada orang-orang kafir :
·         Jihad tersebut dipimpin oleh seorang kepala negara
·         Jihad tersebut harus didukung dengan kekuatan yang cukup untuk menghadapi musuh
·         Jihad tersebut dilakukan oleh kaum muslimin yang memiliki wilayah kekuasaan
Demikianlah syarat-syarat jihad dalam syariat islam. Adapun dari sisi akal sehat bahwa tujuan jihad adalah untuk meninggikan agama Allah sehingga islam menjadi terhormat dan berwibawa di hadapan musuh. Hal ini tidak akan tercapai apabila tidak dipersiapkan dengan matang dengan suatu kekuatan, persiapan dan pengaturan yang baik. Maka ketika syarat-syarat diatas tidak terpenuhi, sebagaimana dalam aksi-aksi terorisme hasilnya justru bukan membuat islam menjadi tinggi, malah memperbutuk citra islam, sebagaimana yang kita saksikan saat ini.
b.      Persoalan gender

Pemahaman tentang gender ini sering membuat umat islam yang modern terpaksa harus berbenturan dengan dua kutub yang berbeda. Tetapi sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi mengingat ajaran islam juga ajaran yang memberikan spirit emansipasi, kesetaraan dan egalitarianism. Nabi Muhammad telah memberikan fondasi yang kuat untuk menjadikan kaum hawa setara dengan kaum adam “Nabi mengubah kedudukan perempuan dari posisi obyek yang dihinakan dan dilecehkan menjadi subyek yang dihormati dan diindahkan”. Nabi memproklamirkan bahwa perempuan ataupun laki-laki sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifah. Pria dan perempuan mempunyai nilai kemanusiaan yang sama.

hilang dalam berada

HILANG DALAM BERADA
by : risma yuliani


Dalam kekosongan terasa percepatan waktu berputar indah
Menggoda sanubari menuju satu titik berat di sudut bayang
Meronggoh langit dengan seronoh ……
Semakin tergoda terhempas oleh grativitasi jiwa

Magnet-magnet yang berkutub tak mampu menarikku kembali
Sudut itu semakin terasa nyata
Dan aku semakin fokus … tak bisa mengelak …
aku terkepit hampa ditemani kesesakan khilaf

aku berlari mendekati ribuan magnet itu
dan lagi magnet-magnet itu tak sanggup mengambilku pergi …
Apakahku harus relakan gaya sentripental itu menyerbu pikiranku ?
Dan kini aku hilang dalam aku berada