KONSEP
MANUSIA DALAM ISLAM
1.
Siapakah
Manusia Menurut Islam
Dalam alqur’an ada 3 kata yang
digunakan untuk menunjukkan arti manusia, yaitu :
a. Insan/ins/annas
b. Basyar
c. Bani
adam/dzurriyat adam
Namun,
diantara ketiga kata ini yang sering digunakan dalam alqur’an adalah basyar dan
insan. Kata basyar menunjukkan manusia
dari sudut lahiriah (fisik) serta persamaannya dengan manusia seluruhnya,
seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya : 34-35.
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seseorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad) maka apabila kamu mati apakah
mereka akal kekal ? tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Kami akan menguji kamu
dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya
kepada Kami kamu dikembalikan ”
Dari
sisi lain dapat diamati bahwa banyak ayat-ayat al-qur’an yang menggunakan kata
basyar dengan mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar
melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Seperti firman Allah
sebagai berikut :
“dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya
(Allah) menciptakan kamu dari sel, kemudian kamu menjadi basyar, kamu
bertebaran.” (Qs.Ar-Rum : 20)
Begitulah
terlihat, penggunaan kata basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan
manusia, yang menjadikannya mampu memikul suatu tanggung jawab (amanat).
Sedangkan
kata insan digunakan untuk menunjukkan dengan segala totalitasnya, fisik
psikis, jasmani dan rohani. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang
lainnya adalah akibat dari perbedaan fisik, psikis, dan kecerdasan.
Konsep
basyar dan insan merupakan konsep Islam tentang manusia sebagai individu,
sedangkan dalam hubungan sosial alqur’an memberikan istilah annas yang
merupakan jamak dari kata insan dan perwujudan kualitas keinsanian manusia ini
tidak terlepas dari konteks sosialnya dengan lingkungan.
Dapat
terlihat bahwa dalam Al-quran menyebutkan bahwa jiwa manusia sebagai suatu
sumber khas pengetahuan. Menurut al-quran seluruh alam raya ini merupakan
manifestasi Allah, didalamnya terdapat tanda-tanda serta berbagai bukti untuk
mencapai kebenaran. Al-quran mendefinisikan dunia eksternal sebagai al-ayat dan
dunia internal sebagai jiwa, dan dengan cara ini mengingatkan kita akan
pentingnya jiwa manusia itu, ungkapan tanda-tanda dan jiwa-jiwa yang terdapat
dalam kepustakaan islam bersumber dari penyataan sebagai berikut :
“Aku akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Ku dari yang
terbentang di horizon ini dan dari jiwa mereka sendiri, sehingga tahulah mereka
akan kebenaran itu” (Qs.Fushilat : 53)
Dalam
Al-quran, manusia berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya
secara positif, sebaliknya berulangkali pula manusia direndahkan akrena
aktualisasi jiwa yang negatif. Mereka dinobatkan mengungguli alam surgawi, bumi
dan bahkan para malaikat. Tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih
berarti dibandingkan dengan makhluk hewani. Manusia dihargai sebagai makhluk
yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi “yang
paling rendah dari segala yang rendah” juga karena jiwanya.
Manusia
memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan menjadi
dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia adalah
sifat psikologi spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan
memikul amanah. Sedangkan potensi rohaniah adalah nafsu, akal, dan rasa. Nafsu
merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat kreatif dan
dinamis yang dapat berkembang kepada dua arah, yaitu kebaikan dan kejahatan.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat As-Syam ayat 8 :
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kesesatan dan ketaqwaan”
Akal sebagai potensi
intelegensi berfungsi sebagai filter yang menyeleksi mana yang benar dan mana
yang salah, yang juga didorong oleh nafsu akal akan membawa manusia untuk
memahami, meneliti, dan menghayati alam dalam rangka memperoleh ilmu
pengetahuan dan kesejahteraan. Kedudukan akal dalam islam merupakan suatu
kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibandingkan dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Sedangkan rasa merupakan potensi yang mengarah
kepada nilai-nilai etika, dan agama. “sesungguhnya orang yang mengatakan :
Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka” (Qs. Al-Ahqaf : 13)
2.
Penciptaan
Manusia Menurut Islam
Didalam alquran proses penciptaan
manusia dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Manusia
diciptakan Allah berasal dari saripati tanah, (Qs.Al-Hijr :28)
b. Dari
segumpal tanah lalu menjadi nutfah (didalam rahim), segumpal darah, segumpal
daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna, (Qs.Al-Mukminun : 12-14)
c. Ditiupkan
ruh (Qs.Al-Hijr : 29)
d. Sebelum
ditiupkan ruh, ketika masih di alam ruh manusia telah berjanji mentauhidkan
Allah (Qs. Al-A’raf : 172)
Dalam
penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam
menunjang tugasnya. Unsure-unsur tersebut adalah :
a. Jasad,
adalah bentuk lahiriah manusia
b. Ruh/
Nafs, adalah daya hidup atau jiwa
c. Aqal,
adalah daya fikir
d. Qalbu,
adalah daya rasa
Jasad
manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari
tanah. Ayat-ayat yang menerangkan bahwa
manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada
ditanah ikut mengalami reaksi kimia. Bahan-bahan pembuat manusia yang
disebutkan dalam Al-quran hanya merupakan petunjuk bahwa sebenarnya bahan-bahan
pembentuk manusia yaitu ammonia, air dan lain sebagainya berasal dari tanah
yang kemudian beraksi secara kimiawi.
Dalam
ruh/nafs mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang
berpusat di kepala dan daya rasa yang bepusat di dada dipertajam dengan ibadah,
karena intisari dari semua ibadah dalam islam adalah mendekatkan diri kepada
Allah yang maha suci. Yang Maha Suci yang bisa didekatkan dengan oleh ruh yang
suci.ibadah adalah latihan menyucikan ruh atau nafs. Makin banyak seseorang
beribadah secara ikhlas, makin suci pula jiwa dan ruhnya.
Disamping
itu, manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti :
Ø Lemah
(an-nisa : 28)
Ø Suka
berkeluh kesah (al-ma’arif : 19)
Ø Suka
berbuat zalim dan ingkar (Ibrahim : 34)
Ø Suka
membantah (al-kahfi : 54)
Ø Suka
melampaui batas (al-alaq : 6)
Ø Suka
terburu nafsu (al-isra : 11)
Ø Dan
lain sebagainya.
Hal
itu semua merupakan produk dari nafs, sedangkan yang dapat mengendalikan
kecenderungan negatif adalah akal dan kalbu. Tetapi jika hanya dengan akal dan
kalbu, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali. Oleh karena
itu yang dapat mengendalikannya adalah wahyu, yaitu ilmu yang okyektif yaitu
ilmu yang bersifat dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasikan
kecenderungan negatif tersebut ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam
menyerap dan membudayakan wahyu Allah. Disamping itu, manusia diberi akal dan
hati sehingga dapat memahami ilmu ayng diturunkan Allah, berupa Al-quran dan
sunah rasul. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bertabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang, bahkan lebih
buruk dari binatang. Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah”
(at-tin : 4)
3.
Tujuan
Hidup Manusia Menurut Islam
Selain mengetahui siapa dirinya,
kenapa dia diciptakan, manusia juga harus mengetahui apa tujuan hidup mereka di
dunia ini. Orang-orang di kotapun banyak yang tidak mengetahui apa tujuan
mereka hidup . ada yang mengatakan untuk mencari kebahagian, berkeluarga serta
membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Apakah tujuan hidup manusia mencari
kebahagiaan menurut Allah ?? kebahagiaan yang seperti apa ?? kebahagiaan dapat dicapai dengan berbagai
cara, bisa dengan cara merampok, menzalimi orang lain, dan lain sebagainya.
Apakah itu kebahagiaan yang seperti itu diharapkan Allah ?? tentu jawabannya
adalah TIDAK !!
Ada sebagian mengatakan tujuan
manusia hidup adalah untuk mencari Allah atau mendekatkan diri kepada Allah
dengan berzikir dalam kamar, bertapa,. Ada juga yang mengatakan untuk beribadah
kepada Allah dengan menjalankan shalat, puasa, zakat, naik haji. Jikalau rukun
islam ini sudah dikerjakan, apakah sudah merasa seorang muslim yang benar ???
Untuk mendapatkan jawaban yang
benar mari kita lihat Al-quran yang dibuat oleh Allah. Yang mana Allah juga
menciptakan manusia, sudah tentu Allah lah yang maha tahu akan ciptaannya
bukan ?
Selama ini kita sering mendengar
dari ulama-ulama yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah (“dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”).
Sesungguhnya bukan lah beribadah yang seperti diatas yang dimaksud oleh Allah.
Beribadah kepada Allah artinya mengabdi atau bekerja untuk Allah dengan
sungguh-sungguh. Allah adalah raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai
hamba-hamba-Nya atau pekerja-pekerja Allah, maka manusia seharusnya patuh dan
taat mengikuti semua peraturan-peraturan Allah, bagaimana cara hidup di dunia
dan cara berkerja di dunia ini. Barangsiapa ingin mendapatkan kemualiaan dari
Allah di dunia dan di akhirat, selamat dari siksa-Nya dan mendapatkan surga-Nya
tidak lain caranya dengan beribadah hanya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk
rasul-Nya.
4.
Tugas
atau Tanggung Jawab Manusia Di Dunia Menurut Islam
Tugas atau tanggung jawab manusia
dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Tanggung jawab manusia sebagai hamba
Allah
Tanggung jawab Abdullah terhadap
dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik turun).
selain itu tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap
diri sendiri maupun keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang
hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kemungkaran yang mengancam diri dan
keluarganya. Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan
patuh terhadap ajaran Allah dan sunnah
rasul. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut :
“wahai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
bebatuan, diatasnya terdapat malaikat-malaikat yang bengis dan sadis yang tidak
mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang
diperintahkan-Nya”
Itulah
firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama
hidup di muka bumi. Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri
secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ketika sebuah
pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk
orang lain terutama keluarga.
b.
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah
Allah
Antara anugerah utama
Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau
wakil-Nya di bumi. Dengan ini manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan,
mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah. Firman Allah :
“dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : sesungguhnya
Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata malaikat : adakah Engkau hendak
jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah,
sedangkan kami senantiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji engkau ? jawab
Allah : Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui” (Qs.al-baqarah :
30)
Orang-orang yang
beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk Allah yaitu memakmurkan bumi
ini, maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masyarakat. Sebagai
khalifah, manusia harus dapat mengoptimalkan kemampuan dan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam.
Optimalisasi kemampuan
tercemin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap
potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia diberikan kelebihan fisik tersebut
guna mssemaksimalkan tugas kekhalifahan di bumi. Dengan otak manusia diharapkan
kehidupan bumi secara umum dapat berkembang dengan baik dan terjaga dari
kerusakan. Dengan tangan manusia diharapkan memiliki kekmampuan menciptakan,
dalam arti memanfaatkan potensi sumber daya dari Allah.dengan lisan manusia
diharapkan memiliki kemampuan komuunikasi yang baik. Optimalisasi kemampuan
tercemin dari optumalisasi potensi materi yang dimiliki manusia dari Allah.
Optimalisasi alam
sebenarnya dimaksudkan untuk mengatur semaksimal mungkin perihal pengolahan
alam.sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Sesungguhnya semua
fasilitas yang sudah tersedia di dunia secara gratis seperti tumbuhan,
binatang, angin, uadara, air dan apapun adalah untuk manusia. Tentunya hal
tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia di bumi. Allah
berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu hal, janganlah pernah
melampaui batas. Artinya manusia bisa berlaku normal sebagaimana adanya. Allah
mengatakan bahwasanya potenisi-potensi yang ada di alam itu tidak akan pernah
habis tetapi hal tersebut berlaku appabila manusia memanfaatkan dengan
sewajarnya.
Keoptimalan peran
manusia sebagai khalifah di bumi akan tercapai dengan sempurna apabila manusia
dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugerahkan Allah menjadi
suatu karya yang hebat yang berguna bagi bumi.
c.
Tanggung jawab memakmurkan bumi
“Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan
kamu pemakmurnya.” (Qs.11 : 61).
Perintah Allah kepada
nabi Adam, nani Musa, dan Muhammad adalah sama yaitu manusia yang diciptakan
oleh Allah ini harus bekerja keras, sungguh-sungguh untuk memakmurkan bumi,
artinya memakmurkan keluarga, masyarakat dan umat.
Perintah Allah
selanjutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan-bahan baku yang ada di
dalam bumi yang telah Allah sediakan berlimpah ruah agar bisa menjaga agama
Allah. Perhatikan perintah Allah berikut ini :
“dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, aluminium, tembaga, minyak,
dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia
(untuk diolah), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya
(islam) dan rasul-rasul padahal Allah tidak dilihatnya” (Qs.57 : 25)
Firman Allah diatas
menjelaskan bahwa setiap orang muslim yang patuh kepada Raja (Allah) maka wajib
bekerja keras mengolah bahan-bahan baku seperti : besi, perak, emas, tembaga,
kayu-kayu, pertanian, dan lain-lain menjadi barang-barang yang berguna untuk
kehidupan manusia, mendirikan industry bermacam-macam barang, dan membuat
senjata-senjata untuk mempertahankan agama Allah dan Rasulullah dari
serangan-serangan musuh. Umat islam lah yang diperintah oleh Allah, bukan umat
lain.
Siapa yang tidak ikut
memakmurkan bumi Allah artinya mereka mengingkari perintah Allah ini,. Hidup
mereka akan susah dan kalalu terjadi peperangan mudah dikalahkan serta dijajah.
d.
Tanggung jawab menuntut ilmu pengetahuan
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang
yang menuntut ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Qs.58 : 11). Artinya umat islam harus belajar bermacam
disiplin ilmu. Setiap individu muslim harus bekerja keras dan menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya agar kehidupan individu muslim kuat dan sehat, yang akhirnya
membawa umat islam ke arah kemajuan-kemajuan agar dapat meningkatkan
kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, dan keharmonisan.bagaimana mungkin umat
islam bisa memakmurkan bumi jika mereka tidak mempunyai ilmu-ilmu lainnya.
5.
Penyimpangan-Penyimpangan
Terhadap Konsep Manusia Dalam Islam Serta Pembenarannya
Dewasa ini sangat banyak contoh
nyata dari penyimpangan-penyimpangan terhadap syariat islam, namun dalam
pembahsan ini penulis hanya membahas secara singkat mengenai dua contoh
penyimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut :
a.
Terorisme
Terorisme yang terjadi
telah melanggarkan syarat-syarat jihad islami yang dilakukan teroris. Jihad
melawan orang kafir terbagi menjadi dua bentuk : jihad difa’/defensif dan jihad
tholab/ofensif. Adapun yang dilakukan oleh para teroris tidak diragukan lagi adalah
jihad ofensif. Jihad terkait dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah
dalam syariat-Nya. Disinilah salah satu perbedaan mendasar antara jihad dan
teroris. Teroris justru menerjang aturan-aturan tersebut. maka inilah
syarat-syarat jihad ofensif kepada orang-orang kafir :
·
Jihad tersebut dipimpin oleh seorang
kepala negara
·
Jihad tersebut harus didukung dengan
kekuatan yang cukup untuk menghadapi musuh
·
Jihad tersebut dilakukan oleh kaum
muslimin yang memiliki wilayah kekuasaan
Demikianlah
syarat-syarat jihad dalam syariat islam. Adapun dari sisi akal sehat bahwa
tujuan jihad adalah untuk meninggikan agama Allah sehingga islam menjadi
terhormat dan berwibawa di hadapan musuh. Hal ini tidak akan tercapai apabila
tidak dipersiapkan dengan matang dengan suatu kekuatan, persiapan dan
pengaturan yang baik. Maka ketika syarat-syarat diatas tidak terpenuhi,
sebagaimana dalam aksi-aksi terorisme hasilnya justru bukan membuat islam
menjadi tinggi, malah memperbutuk citra islam, sebagaimana yang kita saksikan
saat ini.
b.
Persoalan gender
Pemahaman tentang gender ini sering
membuat umat islam yang modern terpaksa harus berbenturan dengan dua kutub yang
berbeda. Tetapi sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi mengingat ajaran islam
juga ajaran yang memberikan spirit emansipasi, kesetaraan dan egalitarianism.
Nabi Muhammad telah memberikan fondasi yang kuat untuk menjadikan kaum hawa
setara dengan kaum adam “Nabi mengubah kedudukan perempuan dari posisi obyek
yang dihinakan dan dilecehkan menjadi subyek yang dihormati dan diindahkan”.
Nabi memproklamirkan bahwa perempuan ataupun laki-laki sama-sama manusia,
sama-sama berpotensi menjadi khalifah. Pria dan perempuan mempunyai nilai
kemanusiaan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar