welcome ...

Minggu, 20 Maret 2011

resensi buku kumpulan cerpen "di atas sajadah cinta"


Konsep dan Prinsip Islam Itu “Up To Date”
oleh : risma yuliani
Nama buku     : Di Atas Sajadah Cinta (cetakan ke-17)
Pengarang       : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit         : Republika , Pesantren Basmala Indonesia , MD Entertainment
Tahun terbit     : tahun 2007
Tebal             : 20,5 cm x 13,5 cm atau 265 halaman
Harga             : Rp 37.825,00

Habiburrahman El Shirazy lahir di kota Semarang, pada tanggal 30 September 1976. Pria kelahiran Semarang ini lebih dikenal dengan panggilan Kang Abik. Pekerjaan beliau adalah dai, novelis, sekaligus penyair .
Kang Abik memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah I Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah.  Pada tahun 1992 beliau merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lalu lulus pada tahun 1995. Setelah tamat, beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau memutuskan menuntut ilmu di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Cairo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar selama 4 tahun dan dinyatakan lulus pada tahun 1999. Seperti tak kenal lelah menimba ilmu, beliau melanjutkan pendidikan S2 di The Institute for Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Dampak dari ketekunan Kang Abik dalam menyelami pendidikan yaitu beliau telah banyak meraih prestasi-prestasi yang patut diacungkan jempol. Adapun prestasi-prestasi yang telah diraih erat oleh Kang Abik antara lain sebagai berikut :
  1. Pada semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul “Dzikir Dajjal” yang dipentaskan di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari, Surakarta pada tahun 1994.
  2. Juara I lomba menulis Artikel se-MAN I Surakarta pada tahun 1994.
  3. Juara I lomba membaca puisi religius tingkat SLTA se-Jawa Tengah pada tahun 1994.
  4. Juara I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta pada tahun 1994.
  5. Juara I lomba pidato Bahasa Arab se-Jawa Tengah yang diadakan oleh UMS Surakarta pada tahun 1994.
  6. Juara I lomba membaca puisi Arab tingkat nasional yang diadakan oleh IMABA UGM pada tahun 1994.
  7. Juara 5 dalam lomba KIR tingkat se-Jawa Tengah pada tahun 1995 dengan judul tilisan “Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja”.

Keberadaan Kang Abik dalam lingkungan sosial sangat diterima hangat . sebagai buktinya, saat di Cairo Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) (pada tahun 1996-1997). Selain itu, Kang Abik pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Assatidz Pesantren Virtual Nadhatul Ulama yang berpusat di Cairo, dan masih banyak lainnya.
Adapun karya-karya sastra yang telah dilahirkan oleh Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik diantaranya sebagai berikut :
1.     novel “Dalam Mihrab Cinta” pada tahu 2007 ;
2.     novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” pada tahun 2007 ;
3.     novel “Ketika Cinta Bertasbih 1” pada tahun 2007
4.     novel mini “Pudarnya Pesona Cleopatra” pada tahun 2005
5.     kumpulan cerpen “Ketika Cinta Berbuah Surga” pada tahun 2005
6.     novel “Ayat-ayat Cinta” (tahun 2004)
7.     kumpulan cerpen “Di Atas Sajadah Cinta” pada tahun 2004, dan lain-lain.

Kang Abik juga telah melahirkan beberapa karya terjemahan seperti berikut :
1.     novel “Menyucikan Jiwa” pada tahun 2005 ;
2.     novel “Rihlah Ilallah” pada tahun 2004 ;
3.     kumpulan cerpen “Ketika Duka Tersenyum” pada tahun 2002
4.     biografi Umar Bin Abdul Aziz pada tahun 2002
5.     novel “Ketika Cinta Menemukanmu” pada tahun 2001 ;
6.     novel “Ar-Rasul”, dan lain-lain.

“Di Atas Sajadah Cinta” adalah sebuah kumpulan cerpen yang memuat 38 cerita  teladan islami yang terinspirasi dari kisah-kisah nyata pada masa kehidupan Rasulullah saw dan kisah nyata sahabat-sahabat Habiburrahman El Shirazy sendiri.serta beberapa certia yang terdapat didalam Ketika Cinta Berbuah Surga, Ketika Derita Mengabadikan Cinta, dan Nyanyian cinta.
Dalam Kumpulan cerpen ini Kang Abik menampilkan berbagai macam cerita-cerita teladan islami yang bernapaskan Islam yang syarat dengan aqidah dan prinsip-prinsip dasar Islam. Ceritanya penuh variasi dengan tetap menampilkan tema yang cenderung mengangkat ruang-ruang cinta yang sangat halus dan indah, sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip Islam. Keberagaman kisah juga membuktikan bahwa prinsip-prinsip Islam selalu bersifat Up To Date dalam segala bentuk, variasi, dan waktu. Hal ini dapat dilihat dari perwatakan tokoh dari setiap kisah yang menggambarkan kecintaannya kepada Allah yang begitu besar, ketaqwaannya kepada Allah, serta rasa pasrah dan syukurnya dalam menghadapi takdir yang dihiasi dengan ikhtiar, yang semua itu selalu memberikan akhir yang baik dan bahagia bagi pribadi dan orang lain.
Dalam masing-masing cerita yang terdapat dalam buku ini dapat dilihat bahwa kesamaan masalah dari setiap kisah yaitu cobaan atau halangan seorang umat Rasulullah dalam mempertahankan prinsip-prinsip Islam dalam lingkungan hidupnya yang semakin modernisasi dan menjauh dari ajaran agama. Sehingga disimpulkan konflik yang terjadi dalam setiap cerita yaitu konflik batin dan konflik lahir.
Seperti kisah dalam cerpen yang berjudul Di Atas Sajadah Cinta, yang diangkat sebagai judul buku ini. Cerita ini mengisahkan tentang dua insan manusia yang saling mecintai karena Allah .
Zahid adalah seorang pria yang dalam hidupnya selalu berpegang erat kepada benteng Allah, dan selalu menghiasi hidupnya dengan kalimat tasbih. Zahid tak kuasa menangkis pesona seorang gadis jelita yang bernama Afirah .
Namun, jalan nasibnya tak semulus yang dia pikirkan. Suatu hari, Zahid telah mantap memutuskan untuk melamar bidadarinya itu . kedatangannya disambut dengan senyuman yang merekah oleh keluarga gadis itu . selang waktu kemudian, Zahid pun langsung menyampaikan tujuan kedatangannya, yaitu ingin mengkhitbah Afirah. Dengan jantung yang berdetak begitu kencang, Zahid menunggu jawaban dari pihak Afirah. Seperti menerima peluru yang mematikan, kata”terlambat” itu dilontarkan orang tua Afirah kepada Zahid. Ternyata Afirah telah dikhitbah terlebih dahulu oleh pemuda yang bernama Yasir.
Bak menerima badai yang dahsyat, Zahid dan Afirah terduduk diam dan tak bergairah menerima hal ini. Afirah pun menjadi salah langkah. Ia mengajak Zahid untuk memadu cinta sembunyi-sembunyi. Dengan berlinangan air mata, Zahid menanggapi tawaran Afirah yang gila itu. Zahid menolak tawaran Afirah. Dia mengatakan kepada afirah bahwa wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yanng tidak baik pula,  dan sebaliknya. Membaca balasan surat Zahid, Afirah menagis tersedu-sedu. Ia telah menemukan hal yang lebih berharga yaitu hidayah.
seiring waktu, berita bahagia menghiasi hidup mereka berdua. Zahid menerima surat dari Afirah yang berisikan bahwa ayahnya telah membatalkan pertunangannya dengan Yasir, dan meminta Zahid segera mengkhitbahnya dan menikah dengannya. Setelah membaca surat itu, Zahid segera sujud syukur dan tak henti mengucapkan hamdalah .
.
Lebih menarik lagi sebagaimana cerpen yang berjudul “Andai Jakarta seperti Mata kakak”. Dalam cerpen ini, Kang Abik menggambarkan bagian kecil dari kehidupan kers di Jakarta dan kebijaksanaan dan kelembutan yang terpancar dari seorang muslimah. Singkatnya, suatu hari yang dihiasi dengan terik matahari . di tengah jalan seorang gadis berjilbab yang bermata teduh dikejutkan dengan  suara teriakan minta tolong. Gadis itu bernama Ulya. Sedetik kemudian Ulya tersadar. Ia melihat gadis kecil dikejar oleh banyak orang.dengan teriakan “pencopet”. Ulya yang tampak mengerti dengan apa yang terjadi, ia tak ragu menyelamatkan gadis kecil itu dan tak gentar menanggapi tuduhan demi tuduhan yang dilontarkan oleh banyak orang terhadap gadis kecil itu. Setelah melewati perdebatan yang dahsyat akhirnya Ulya berhasil menyelamatkan gadis kecil itu yang akhirnya diketahuinya bernama Tata dari amukan orang banyak. Tata merasa senang karena masih ada orang dalam hidupnya menyayanginya dan mengerti dirinya. Pada akhir dialog keduanya, gadis kecil itu mengatakan kepada gadis berjilbab itu “…. Mata kakak begitu bening, teduh, indah dan nyaman. Ah, andai Jakarta seperti mata kakak. …”
Itulah dua cerita dari 38 cepen yang termuat dalam kumpulan cerpen ini. Cerita yang sangat menggugah nurani siapa saja yang membacanya. Berbagai ragam kisah dan konflik yang ditampilkan dalam judul lain lebih baik atau sama dengan dengan dengan kedua cerita ini
Layaknya kita tahu, setiap buku yang siap terbit atau yang telah terbit seharusnyalah memiliki kelebihan dari  berbagai segi atau pandangan agar dapat dijadikan daya tarik atau daya jual di pasaran. Adapun kelebihan dari kumpulan cerpen “Di Atas Sajadah Cinta” ini diantaranya sebagai berikut :
1.     Kang Abik menggunaan bahasa yang relatif mudah dimengerti banyak kaum mukmin
2.     kang Abik sering menampilkan dalil nagli dan dalil aqli di masing-masing cerita yang dapat meyakinkan pembaca terhadap sumber pemikiran Kang Abik sebagai Penulis.
3.     Tulisan Kang Abik sangat lembut dan indah yang sangat mencerminkan ke-Islaman yang sesungguhnya.
4.     semua cerita merupakan cerita nyata, sehingga pembaca dapat mencontoh tingkah laku seorang tokoh cerita dengan penuh yakin karena Allah, dan lain-lain.

Tidak ada sesuatu hal pun yang sempurna di dunia . Begitu juga dengan kumpulan cerpen ini. Kekurangannya terletak pada penulisan dalil nagli yang tidak menggunakan tulisan arab . seandainya tulisan Arab ditoreskan dalam setiap dalil nagli, pastilah lebih memperindah tulisan dan membuat pembaca lebih menarik untuk membacanya.
dari sekilas uraian mengenai  kumpulan cerpen “Di Atas Sajadah Cinta kita dapat melihat dan menimbang sendiri kelayakan buku ini untuk dibaca dan diterapkan amanatnya dalam kehidupan sehari-sehari. Mudah-mudahan kehadiran buku ini dapat mengukuhkan tali dakwah di antara kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar