welcome ...

Minggu, 20 Maret 2011

Sahabat itu KITA


oleh : risma yuliani

“sahabat itu bukan AKU tapi KITA” ucap Siano memecahkan keheningan. Pemandangan alam yang terbentang di hadapan mereka benar-benar menyita perhatian keempat sahabat itu.
“behh . gaya iano kalau lagi ngomong, Mario Teguh ke-2 !” sindir Iloet. Iloet memang selalu menanggapi dengan sindiran Siano kalau Siano ngomong sok bijak gitu. Dia bingung sendiri, kenapa sifat Mario Teguh, berfilosofi malah turun ke Siano, kan nggak ada hubungan darah.
“udah, udah. Ohya, jadi kan ke rumah gua ?”tanya Dela memberhentikan perang yang berpeluang besar bakal pecah. Selang seperseratus detik (lebay) Siano menjawab dengan semangat  ’45 “pasti jadi donk. Kan disana banyak cemilan.” Tawa Siano menggema.
Eits, jangan menggambarkan postur tubuh Siano gemuk yah. Walau dia suka ngemil, tapi bobotnya jauh dari kriteria gemuk, tepatnya kurus. Heran kan, kok hobi ngemil nggak gemuk. Udah jangan dipikirin. Mendingan terusin aja bacanya. Oke ?
“Gua nggak ikut.” Potong Deka. Sekejap semua mata menatap dia lamat-lamat. Terutama Dela. Dalam tatapan cewek itu tersirat perasaan sedih dan rasa bersalah. “lagi males ketemu nenek lampir”sambung Deka. Dengan pandangan sok tegar Dela menghampiri Deka dan memegang pundak cowok itu. Seketika Deka membalikkan badannya dan tersenyum.”Iya, gua tahu kalau nenek lampir itu mama gue. Mama kita.”
Siano dan Iloet pun menghampiri kedua temannya itu. Deka menoleh ke Siano “senyum itu dapat membuka hati seseorang” potong Deka. Siano mengangguk dengan cepat. Dia bangga dengan temannya yang satu ini. Pertama, hapal dan selalu ingat kalimat itu, dan yang kedua Deka percaya dengan kalimat tersebut. “Ayo pulang sayang” ajak Siano. Deka hanya mengeleng-geleng melihat Siano. Menurutnya Siano itu orang yang tidak punya kepribadian pasti. Kadang kocak dan hancur banget kayak gini. Kadang bisa sangat dewasa. Aneh kan ?!
**********
“Stop. Stop !” seketika Deka memberhentikan motornya karena teriakan Dela tadi. “kenapa sih ?! ngejutin gue aja.” tanya Deka dengan wajah kesalnya. “makan dulu” jawab Dela sembari menunjuk ke arah sebuah restoran di tepi jalan. Tanpa harus Deka jawab, Dela pun langsung menarik tangan Deka.
Setiba di restoran dela buru-buru membuka hape dan seperti mencari nama di kontak hapenya. Sedangkan Deka malah sibuk memperhatikan setiap sudut restoran.
“hallo del. Kenapa ?” tanya Siano dengan tetap melajukan motor gedenya.
“No. Loe dengan Iloet duluan aja ya kerumah gue. Ohya, langsung ke kamar Deka aja. Jangan nyasar ke kamar gue. Awas loe !” jelas Dela
“emank loe dengan Deka mau kemana dulu sih ?” tanya Siano
“makan bentar. Ya udah ya gua tutup dulu telponnya.” Tutup Dela. Dela segera memasukkan hapenya ke dalam tas sandangnya. “mau ngomongin ap ?” tanya deka tanpa basa basi. Dela menatap kosong ke arah Deka. Entah apa yang dipikirkannya. Deka pun mencondongkan badannya persis di depan muka Dela.  “teman atau adikku tersayang, kita ke sini mau ngomongin apa ?” tanya Deka sambil menggoda Dela. Dela seketika terlonjak dan menjauhkan kursinya agak kebelakang. “selalu To The Point”. Jawab Dela. Ekspresinya wajahnya berubah manyun. Dengan cepat Deka menarik tangan Dela dan membawa Dela menuju ke parkiran. Dengan senyum sumringah Dela melingkarkan tnagannya ke pinggang Deka yang sudah siap melajukan motornya.
“eh, tangannya liar banget. Pakek peluk-peluk segala” tuduh deka. “Sori, nggak sengaja” jawab Dela. Dela pun segera melepaskan rangkulannya. “oke deh. Mau kemana mbak ?” goda Deka. Dela pun tertawa diikuti dengan tawa Deka.
“ka, maafin mama ya ?” tanya Dela disela-sela keramaian jalan. Seakan tidak mendengar apa-apa Deka menambah kelajuan motornya.
********
“akhirnya datang juga !” sambut Siano dan Iloet bersamaan.
“Gila. Hampir 1 jam kami nungguin nyak babe disini. Kemane ajee ??!!” keluh Iloet.
“Sori. Urusan perut susah dikompromi. hehehe” jawab Dela asal.
“udah selesai masalahnya bos ?” tanya Siano ke Deka. Tatapan jail Siano buat tawa Deka lepas diikuti tawa Siano dan Iloet. Dela hanya senyum melihat yang lain tertawa. “belum sempat dibahas, oh deka malah ngajaka pulang. Ya udah!” jelas Dela. Siano dan Iloet mengangguk serempak. “udah ketebak sayang. Kan selalu kayak gitu kejadiannya” tawa Iloet semakin kencang. Apalagi Siano dengan Deka. Dela mencibir kepada ketiga temannya itu.
*********
Dela terbangun dari tidurnya. Dalam setengah sadarnya dia mendengar teriakan dari ruang tamu. Dela pun segera menuju keruang tamu dan menemui sosok wanita. Mamanya.
“Ma. Ada apa ma kok baru datang langsung marah-marah. Mama dari mana kok baru pulang pulang ?” tanya Dela. “ntuh, parasit masih aja ada disini. Papanya kan udah pergi, eh dia nggak pergi-pergi juga dari sini. Heran !” jawab Lastri dengan tatapan penuh emosi ke arah tangga. Dela melihat ke sekeliling ruang tamu. Tapi, sosok Deka tidak tampak. Akhirnya Dela pun meutuskan untuk membawa Lastri ke kamar. Sewaktu menutup pintu kamar mamanya, ia menuju ke kamar Deka.
“masuk” sahut Deka
Deka menoleh dan menemui Dela baring disampingnya. “ada apa ? gua mau tidur nih. Loe mau tidur dengan gue ?” goda Deka.
“ka, maafin mama ya ?” dela menatap langit-langit kamar. Lalu menatap Deka dengan tatapan serius dan penuh rasa bersalah. Deka hanya membalas dengan senyuman. Dela tak bisa lagi membendung tangisnya. Deka terkejut melihat Dela. Baru kali ini Deka melihat Dela nangis saat membahas soal yang sama.
“gue minta loe jangan nangis lagi kayak tadi” ucap deka sambil menyeka air mata Dela. Deka pun turun dari tempat tidurnya dan menatap langit dari balik jendela.
“ka, kenapa ih loe harus benci sama mama. Kenapa nggak benci aja dengan gue ? toh gua yang udah ngerebut perhatian mama loe. Sejak almarhum papa nikah dengan mama kan loe jadi nggak diperhatiin kayak gini ? iya kan ? loe nggak seharusnya benci dengan mama. Kalau loe mau benci, loe mestinya benci ma gue ! ” akhirnya dela berhasil menyampaikan isi hatinya ke Deka. Tapi pertanyaan bertubi-tubi Dela hanya dibalas Deka dengan senyuman. Dela semakin sedih melihat Deka seperti itu.
“ka, tolong kasih gue penjelasan sekarang juga. Jangan senyum teruskayak gini. ” dela menunduk di depan Deka. Melihat kejadian itu, Deka terlonjak. Deka menegakkan Dela dan mengusap air mata Dela dengan lembut dan membawa Dela ke pelukannya.
“kata Siano senyum itu dapat membuka hati seseorang. Semoga dengan itu gue dapat membuka hati mama lagi, dan mama sayang lagi dengan gue kayak dulu. Sampai sekarang gue nggak tahu penyebab mama berubah dengan gue. Jadi gue nggak ada hak untuk nyalahin loe apalagi benci ama loe. Gue sayang kok dengan mama. Gue nggak benci.” Jelas Deka dengan tetap berusaha tegar.
“tapi kamu sering bilang mama nenek lampir” potong Dela. Deka melepaskan pelukannya dan lagi-lagi senyum. “itu Cuma becanda doang?” tebak dela.
“nggak juga sih. Kadang gue memang ngelihat mama kayak nenek lampir. Apalagi kalau udah marah-marah nggak jelas. Kan kadi males ngelihatnya. Tapi itu bukan berarti gue benci dengan mama. Sekarang gue nggak mau cari tahu alasan mama berubah. gue Cuma mau buat mama sayang dan peduli lagi dengan gue. Kan nggak ada gunanya bahas yang udah lama. Biar lah berlalu seiring waktu. Nggak usah dibahas-bahas lagi. Iya kan ?” Deka menoleh ke Dela.
Dela mengangguk mantap. “ka, kamu pernah nggak kepikiran untuk benci ma aku ?” tanya Dela. “pernah. Tapi gagal” jawab Deka dengan santai. “pernah ?” Dela terkejut mendengar pengakuan Deka. “iya, pernah. Tapi gagal . loe sih bentar-bentar minta maaf. Jadi abru mau benci eh gagal lagi.” Gurau Deka . tanpa aba-aba Dela memeluk Deka.
“eh tangannya liar banget ya !” tuduh Deka. “biarin. Kan kita adik kakak. Jadi nggak apa-apa dong.” Balas Dela.
“adik kakak ? hah. Aku sih ngarepnya lebih.” Goda Deka
“emang maunya apa ?” tanya Dela dengan centil
“adik kakak untuk sekarang. Kalau untuk besok-besok pacar kali ya ?!” goda Deka
“enak aja !” jawab Dela. Deka pun tertawa melihat tingkah adik tiri sekaligus sahabatnya itu. Deka pun teringat ucapan Siano
“sahabat itu bukan AKU tapi KITA”
Deka baru paham bahwa sahabat itu selalu ada untuk kita. Seperti sekarang, dela selalu ada waktu dia sedih dan akan ada untuk bantu dia membuka hati mamanya kembali. Dia juga percaya kedua sahabatnya yang lain, Siano dan Iloet juga siap membantunya karena sahabat itu KITA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar